A. Pengertian Status Gizi dan Malnutrisi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.
Selain itu, status gizi berfungsi sebagai indikator baik-buruknya penyediaan makanan sehari-hari. Status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, serta membantu pertumbuhan bagi anak maupun orang dewasa. Sedangkan malnutrisi (gizi salah) merupakan keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan zat gizi. Terdapat 4 bentuk malnutrisi, diantaranya:
• Under Nutrition, kekurangan konsumsi pangan untuk periode waktu tertentu.
• Spesific Deficiency, kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dll.
• Over Nutrition, Kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.
• Imbalance, Karena disproporsi zat gizi. Misalnya : kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lip oprotein) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein).
B. Teknik Penilaian Status Gizi Secara Langsung
Teknik penilaian atau pengukuran status gizi seseorang dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
a. Teknik Secara Biokimia
Penilaian status gizi dengan teknik ini dilakukan dengan melakukan pemerikasaan spesimen yang diuji secara laboratoris terhadap beberapa jaringan tubuh seperti urine, tinja, dan darah serta jaringan tubuh seperti rambut dan kuku. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk menganalisis kadar hemoglobin, glukosa, dan kolesterol sehingga diperoleh hasil analisis yang spesifik.
b. Teknik Secara Biofisik
Pengukuran status gizi dilakukan dengan melihat kemampuan fungsi tubuh (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan tersebut. Teknik ini dilakukan pada saat tertentu saja yang bersifat spesifik, misalnya pada penderita buta senja epidemik (Epidemic of Night Blindnes) melalui tes adaptasi gelap.
c. Pemerikasaan Tanda-tanda Klinis
Pemeriksaan tanda-tanda klinis merupakan teknik pengukuran status gizi yang di dasarkan atas perubahan yang terjadi akibat ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (Supervicial Epithelial Tissue) seperti kulit, mata, rambut, mukosa oral, dan kelenjar tiroid. Pemeriksaan klinis bertujuan untuk mengetahui status kekurangan gizi dengan melihat tanda-tanda khusus.
Penggunaan metode ini umumnya hanya untuk survei klinis secara cepat (Rapid Clinical Surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau beberapa zat gizi. Disamping itu, teknik ini juga digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan gejala atau riwayat hidup.
Contoh penilaian status gizi dengan menggunakan teknik klinis adalah sebagai berikut:
Tanda Klinik Kemungkinan Defisiensi Zat Gizi
d. Antropometri
Antropometri berasal dari kata Antropos yang berarti “tubuh” dan metros yang berarti “ukuran”. Sehingga, antropometri dapat diartikan sebagai ukuran tubuh manusia. Dari aspek ilmu gizi, antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur serta tingkat gizi. Secara umum, antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini akan terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh seseorang.
Macam-macam pengukuran antropometri yang bisa digunakan untuk melihat pertumbuhan tubuh seseorang adalah sebagai berikut:
• Berat Badan
Berat badan merupakan pengukuran antropometri yang paling sering digunakan. Berat badan mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa mineral tulang. Pada masa bayi balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi kecuali terdapat kelainan klinis seperti tumor.
• Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal yang tumbuh seiring pertambahan umur.
• Lingkar Kepala
Teknik ini umumnya digunakan untuk mendeteksi kelainan seperti hydrochepalus dan microchepaly.
• Lingkar Dada
Pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak berumur tiga tahun sehingga mampu digunakan pada anak berusia 2-3 tahun. Rasio lingkar kepala dan lingkar dada dapat digunakan sebagai indikator kekurangan energi dan protein pada balita.
• Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas mencerminkan cadangan energi dalam tubuh sehingga pengukuran ini juga dapat digunakan untuk melihat status kekurangan energi dan protein pada tubuh seseorang.
• Tinggi Lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehinggadata tinggi badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang yang tidak dapat berdiri (seperti lansia). Rumus untuk menghitung tinggi badan melaluui tinggi lutut adalah sebagai berikut:
e. Indeks Antropometri
Indeks antropometri merupakan pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri juga merupakan rasio dari suatu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur. Terdapat beberapa indeks antropometri, diantaranya:
• BB/U (Berat Badan terhadap Umur)
Indeks berat badan terhadap umur memiliki beberapa kelebihan, dantaranya:
- Lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat
- Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis
- Sensitif terhadap perubahan kecil
- Pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth failure karena infeksi atau kekurangan energi dan protein.
- Dapat mendeteksi kegemukan (overweight).
Selain memiliki kelebihan, indeks berat badan terhadap umur memiliki beberapa kekurangan, diantaranya sering terjadi kesalahan dalam pengukruan, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak saat ditimbang.
• TB/ U (Tinggi Badan terhadap Umur)
Menurut Beaton dan Bengoa (1973) indeks TB/U dapat memberikan status gizi masa lampau dan status sosial ekonomi. Indeks tinggi badan terhadap umur memiliki beberapa kelebihan, dantaranya:
- Baik untuk menilai status gizi masa lampau
- Alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa
Selain memiliki kelebihan, indeks tinggi badan terhadap umur memiliki beberapa kekurangan, yaitu diperlukan 2 orang untuk melakukan pengukuran, karena biasanya anak relatif sulit berdiri tegak.
• BB/ TB (Berat Badan terhadap Tinggi Badan)
Berat badan memiliki hubungan linear dengan Tinggi Badan. Dalam keadaan normal perkembangan BB searah dengan pertumbuhan TB. Kelebihan indeks ini yaitu tidak memerlukan data umur, dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus), serta dapat menjadi indikator status gizi saat ini (current nutrition status). Sedangkan kekurangan indeks ini antara lain: sulit melakukan pengukuran TB pada balita.
• Lila/ U (Lingkar Lengan Atas terhadap Umur)
Merupakan suatu indikator yang baik untuk menilai kekurangan energi dan protein berat, dengan alat ukur murah, sederhana, sangat ringan, dapat dibuat sendiri, kader posyandu dapat melakukannya. Sedangkan kekurangannya hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat.
• Indeks Massa Tubuh (IMT)
Salah satu penerapan antropometri dalam teknik pengukuran status gizi dilakukan dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan cara sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
IMT digunakan berdasarkan rekomendasi FAO/WHO/UNO tahun 1985 yang menyatakan batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan Body Mass Index (BMI/IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa (usia 18 tahun ke atas), khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Juga tidak dapat diterapkan pada keadaan khsusus (penyakit) seperti edema, asites dan hepatomegali.
Untuk mengetahui nilai IMT seseorang, digunakan rumus atau perhitungan sebagai berikut:
Dengan karakteristik sebagai berikut:
• Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit (skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misal : lengan atas (tricep dan bicep), lengan bawah (forearm), tulang belikat (subscapular), di tengah garis ketiak (midaxillary), sisi dada (pectoral), perut (abdominal), paha, tempurung lutut (suprapatellar), pertengahan tungkai bawah (medial calv).
• Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul
Suatu studi prospektif menunjukkan rasio pinggang-pinggul berhubungan dengan penyakir kardiovaskular. Rasio lingkar pinggang dan pinggul penderita penyakit kardiovaskular dengan orang sehat 0,938 dan 0.925.
Beberapa aspek yang dapat diukur dengan menggunakan teknik antropometri dapat disajikan dengan tabel seperti di bawah ini:
C. Teknik Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Teknik penilaian atau pengukuran status gizi seseorang dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
a. Survei Konsumsi Makanan
Merupakan teknik penilaian status gizi secara tidak langsung yang dilakukan dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data dilakukan dari beberapa individu atau keluarga sehingga dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
b. Statistik Vital
Penilaian status gizi dilakukan dengan menganalisis data kesehatan seperti angka kematian berdasaekan umur, kesakitan, dan kematian akibat penyakit tertentu.
c. Faktor Ekologi
Pengukuran status gizi gilakukan dengan dasar ketersediaan makanan yang dipengaruhi oleh faktor ekologi (iklim, tanah, irigasi, dll). Faktor ekologi sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrsi di suatu daerah sehingga dapat dilakukan program intervensi gizi.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Seseorang
Status gizi seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal (pendapatan, pendidikan, pekerjaan, dan budaya) dan faktor internal diantaranya usia, kondisi fisik, dan infeksi.
• Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut.
• Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik.
• Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
• Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan.
• Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita.
• Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat.
• Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan.
E. Program Perbaikan Gizi
Dalam menanggulangi kesakitan dan kematian akibat buruknya status gizi di masyarakat, diperlukan suatu tindakan preventif berupa:
• Meningkatkan penyuluhan gizi pada balita/masyarakat.
• Memperbaiki taraf ekonomi masyarakat guna pemenuhan kebutuhan gizi baik.
• Menanggulangi gizi kurang (malnutrisi) dan menekan kejadian gizi buruk pada balita .
• Mengembangkan dan membina tenaga gizi di masyarakat.
0 Komentar untuk "Pengukuran Status Gizi"